Header Ads

Header Ads

Keutamaan Puasa Ramadan


Oleh: Jamal Ma’mur Asmani

Ramadan akan segera tiba. Bulan suci penuh hikmah dan berkah ini akan menyapa kita lagi. Di bulan suci ini, setan dibelenggu, pintu rahmat dibuka, dan pahala amal dilipat gandakan. Sudah seyogianya umat Islam menyambutnya dengan penuh suka cita. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa bulan Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulan Nabi Muhammad, sedangkan Ramadan adalah bulan umat Islam. Orang yang gembira datangnya bulan Ramadan termasuk orang yang bahagia dunia dan akhirat. Kegembiraannya dibuktikan dengan memanfaatkan bulan Ramadan dengan amal-amal yang shaleh, sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Amal apa saja yang kita lakukan di bulan suci Ramadan ?

Pertama, puasa. Puasa adalah menahan seluruh hal yang membatalkan puasa sepanjang hari yang disertai dengan niat. Menurut Imam Ghazali, puasa dibagi tiga. Pertama, puasa orang umum, yaitu menahan hal-hal yang membatalkan puasa yang sifatnya lahir, seperti makan, minum, dan jima’. Kedua, puasa orang khusus, yaitu puasa dengan menahan anggota badan dari hal-hal yang dilarang Allah, seperti mata tidak digunakan untuk melihat hal yang berdosa, lisan tidak digunakan menggunjing, mencela, dan sejenisnya, telinga tidak mendengar hal-hal yang negatif, kaki, tangan, dan anggota yang lain tidak digunakan untuk berdurhaka kepada Allah. Ketiga, puasa orang sangat khusus, yaitu menjaga hatinya untuk selalu bertaqarrub kepada Allah di manapun dan kapanpun. Seyogianya, kualitas puasa kita meningkat setahap demi setahap, sehingga puasa mampu menjadi energi perubahan pribadi dan masyarakat dalam skala yang luas.

Kedua, mencari ilmu. Ilmu adalah cahaya, barang siapa bertambah ilmunya bertambah cahayanya. Cahanya akan menerangi kegelapan dan menuntun ke jalan yang benar. Jika orang tidak punya ilmu, mudah tersesat dan menyesatkan. Di bulan suci ini, masjid, mushalla, majlis ta’lim, pondok pesantren, dan media, cetak maupun elekronik, mengadakan kegiatan-kegiatan ilmu, maka mari kita sambut dengan penuh semangat. Anak-anak kita kirim ke pesantren untuk mengaji kitab-kitab kepada para kiai dan bu nyai, ibu-ibu kita dorong mengaji di masjid, mushalla, dan majlis ta’lim, dan bapak-bapak juga memberikan contoh yang baik dengan ikut mengaji, baik di masjid, mushalla, dan majlis ta’lim. Siraman rohani di Koran, radio dan televisi kita simak dengan penuh hikmah.

Ketiga, bekerja mencari rizki yang halal dan barakah. Berpuasa tidak boleh menjadikan kita malas bekerja, karena bekerja demi menghidupi keluarga adalah wajib. Berpuasa dan bekerja adalah dua ibadah yang harus kita lakukan sekaligus. Tapi tentu di bulan suci ini, kita harus mengatur supaya pekerjaan kita tidak mengganggu puasa kita. Misalnya, makan sahur di akhir waktu menjelang imsak dan makan yang agak banyak, kemudian mengukur kemampuan kerja kita supaya tidak terlalu kecapean yang membahayakan puasa kita. Lebih baik sejak dini kita menabung untuk mempersiapkan puasa dan idul fitri.

Keempat, tadarrus al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalam al-Qur’an terkandung banyak ilmu, hikmah, dan hikayat kaum-kaum terdahulu. Al-Qur’an adalah kunci kejayaan umat Islam jika dibaca, dikaji, diamalkan, dan dikembangkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan. Mari kita manfaatkan bulan suci ini dengan memperbanyak membaca al-Qur’an secara tartil dengan merenungi kandungan maknanya supaya membawa penyadaran jiwa kita menuju hal-hal yang baik. Tadarrus Al-Qur’an di masjid dan mushalla yang sudah menjadi tradisi masyarakat, kita tingkatkan dan semarakkan, jangan sampai masjid kita sepi di bulan suci ini.

Kelima, qiyamullail. Malam hari di bulan suci Ramadan adalah malam yang istimewa. Jangan sampai terbuang percuma tanpa arti. Mari kita hidupkan malam-malam bulan suci Ramadan dengan ibadah shalat tarawih, tadarrus al-Qur’an, istighfar, shalawat, shalat tasbih, shalat hajat, dan shalat tahajjud. Dengan amalan-amalan tersebut yang dijalankan secara istiqamah dan ikhlas, kita berharap diberi Allah anugrah lailatul qadar, yaitu satu malam yang lebih berkualitas dibanding seribu bulan. Jangan lupa berdoa dengan doa yang diajarkan Nabi, yaitu:

اللهم انك عفو تحب العفو فاعف عني اللهم انا نسئلك رضاك والجنة ونعوذ بك من سخطك والنار

Wahai Allah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun, suka Mengampuni, maka Ampunilah dosa-dosaku, wahai Allah, sesungguhnya kami mohon mendapatkan ridla dan surgaMu dan kami berlindung dari murkaMu dan neraka

Keenam, bersedekah. Di bulan suci ini, Nabi Muhammad menjadi hamba Allah yang paling dermawan dibanding dengan bulan-bulan yang lain. Maka, mari kita teladani Nabi Muhammad dengan menjadi hamba-hamba Allah yang paling dermawan dibanding bulan-bulan yang lain. Kepada keluarga dekat yang membutuhkan, fakir-miskin, anak yatim, dan lansia (lanjut usia), sedekah kita keluarkan. Di bulan suci ini, barang siapa memberikan makanan dan minuman berbuka puasa kepada orang-orang yang berpuasa, Allah memberikan pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.

Ketujuh, berzakat. Di bulan suci ini, selain mengeluarkan zakat fitrah yang berfungsi menambal kesalahan dan kekurangan kita dalam berpuasa, kita juga didorong untuk mengeluarkan zakat mal (zakat harta). Bagi yang punya harta yang sudah mencapai satu nishab (ukuran yang ditetapkan syariat), maka diwajibkan mengeluarkan zakat, baik berupa hewan ternak, perdagangan, emas perak, pertanian, pertambangan, dan lain-lain dengan ketentuan yang ada dalam kitab-kitab fiqh. Mengeluarkan zakat mal di bulan suci Ramadan lebih berkah. Zakat menjadi bukti konkret kepedulian kita kepada hamba-hamba Allah yang membutuhkan pertolongan. Harta yang kita keluarkan menjadi investasi akhirat yang kekal. Allah memberikan jaminan barang siapa yang berzakat hartanya justru berkembang, sebaliknya harta yang tidak dizakati terancam berkurang, bahkan hancur. Doa orang-orang fakir-miskin akan menjadikan harta yang kita zakati bertambah berkah dunia-akhirat, amiin.

Semoga dengan amal-amal di atas, puasa kita bertambah barakah fiddin waddunya ilal akhirah, amiin.