Header Ads

Header Ads

Santri Ma’had Jami’ah Mathali’ul Falah Shalat Gerhana.

Shalat gerhana dilaksanakan para santri Mahad Jamiah Mathali’ul Falah Pati sebagai rasa syukur dan ibadah sunnah saat gerhana matahari kemarin (Rabu 9/3/2016). Fenomena alam ini merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT.

Munculnya gerhana matahari ini menunjukkan perbedaan waktu dan ukuran di beberapa daerah di Indonesia. Menurut informasi yang ada, ada 11 Provinsi yang mengalami gerhana total dan itu semua berada di luar Jawa. Sedangkan khusus untuk wilayah Jawa hanya terjadi gerhana matahari sebagian.

Bertepatan dengan hal ini, para santri dan dewan mudir Ma’had Jami’ah Mathali’ul Falah Pati menyelenggarakan shalat gerhana matahari atau shalat Al Kusuf yang bertempat di mushola mabna banat lantai 1. Menurut Muhammad Labib selaku koordinator acara, Shalat diimami langsung oleh Dr. Ali Subhan, mudir Mahad Jamiah lil-Banat, pada pukul 07.00. Sebelum pelaksanaan shalat, para santri diberi ceramah tentang tata cara shalat gerhana agar dapat dilaksanakan secara benar.

Dalam khutbahnya, Ali Subhan menjelaskan tentang interpretasi dari QS. Ali Imran ayat 190-191 bahwa fenomena gerhana matahari adalah sebuah keadaan dimana posisi matahari, bulan, dan bumi sejajar, sedangkan sinar matahari yang seharusnya mengarah pada bumi tertutupi oleh posisi bulan yang ada ditengah tengah antara keduanya. Fenomena ini adalah bagian dari proses pergerakan benda-benda luar angkasa sesuai garis edarnya masing-masing yang sudah diatur oleh Allah SWT.

“Gerhana Matahari adalah salah satu fenomena alam, bukan seperti kepercayaan atau mitos masyarakat zaman tradisional yang mengatakan bahwa gerhana matahari terjadi karena matahari dimakan oleh raksasa kemudian memuntahkan lagi apa yang ia makan, lalu akhirnya kembali utuhlah sang matahari. Gerhana matahari adalah salah satu tanda kebesaran Allah SWT.” Tegasnya.

Melalui pelaksanaan shalat Al Kusuf ini, para santri diajak dan dilatih untuk bertafakkur, ber-refleksi akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Dengan demikian, tidak hanya wawasan dan kemampuan intelektual santri yang semakin berkembang, tetapi juga kebutuhan spiritual dan emosionalnya turut berkembang. Hal ini lah yang menjadi manivestasi nilai insan shalih--akrom yang menjadi basis nilai kampus IPMAFA. (mike)