Paradigma Pendidikan dan Pengajaran Ma’had Jami’ah Mathali’ul Falah mengacu kepada pengembangan Visi Ma’had itu sendiri dalam menunjang sistem pendidikan di STAI Mathali’ul Falah, sekaligus melanjutkan visi Perguruan Islam Mathali’ul Falah. Visi Ma’had adalah shalih dalam
takhalluq, akram dalam
ta’abbud, dan atqan dalam
tafaqquh, yang dapat secara singkat disebut
Shalih, Akram dan
Atqan.
Shalih dalam
takahalluq adalah membekali keilmuan dan pengamalan yang bersifat integratif dalam perspektif keshalihan sosial, dimana dengan kedua hal tersebut santri dapat ikut ‘mewarisi’ bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Anbiya’ ayat 105.
Akram dalam
ta’abbud adalah membekali ketakwaan sebagai pendamping keshalihan sosial dan sekaligus sebagai jalan menuju kemuliaan di sisi Allah SWT. Demikian ini digali darisurat Al Hujurat ayat 13.
Sedangkan
Atqan dalam
tafaqquh adalah profesional dan menguasai secara mendalam bidang-bidang yang digeluti, terutama bidang keilmuan dan kecakapan. Demikian dinyatakan dalam hadits riwayat Al Baihaqi yang artinya, “
Allah suka pada seorang dari kalian yang melakukan sesuatu dengan meyakinkan (professional).”
Penggunaan kata
takhalluq, ta’abbud dan
tafaqquh dalam bentuk
wazan tafa’ul mengandung arti bahwa ketiga hal tersebut dilakukan secara terus-menerus dan dengan disertai upaya-upaya nyata.
Visi sebagaimana di atas kemudian dikembangkan menjadi misi sebagai berikut:
–
Menyelenggarakan pendidikan pesantren setingkat dan sebagai bagian tak terpisahkan dari STAI Mathali’ul Falah.
Pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan di Ma’had mengasumsikan bahwa santri Ma’had bukan lagi anak usia sekolah, sehingga pola pikir, sikap, perilaku, kebutuhan dan budaya tidak sama dengan siswa sekolah/madrasah. Oleh karena itu dibutuhkan materi dan pendekatan yang sesuai dengan status mereka sebagai mahasiswa.
Pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan Ma’had adalah sebagai
supporting system bagi pendidikan dan perkuliahan di STAI Mathali’ul Falah, terutama dalam mempersiapkan santri memiliki kepribadian mulia dan mampu berkiprah di masyarakat.
Hal terakhir inilah yang menjadi pertimbangan utama bahwa santri yang telah menuntaskan kompetensi yang ditetapkan Ma’had berhak mendapatkan syahadah/sertifikat yang kelak menjadi salah satu syarat administratif saat yang bersangkutan hendak melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
– Membekali santri nilai-nilai luhur pesantren; kedalaman ilmu, kemandirian, keshalihan, keikhlasan, keteladanan dan kepedulian sosial dan kebangsaan.
Nilai-nilai luhur pesantren yang menjadi basis STAI Mathali’ul Falah diharapkan lebih efektif ditransformasikan kepada mahasiswa melalui Ma’had.
Kedalaman ilmu selama ini menjadi salah satu karakteristik utama keilmuan pesantren. Kedalaman mana dibentuk diantaranya oleh proses pembelajaran berkesinambungan dan menempatkan agama sebagai ajaran dan bukan semata-semata sebagai obyek ilmiah. Etos demikianlah yang diharapkan menjadi spirit dalam kehidupan santri.
Dengan berprinsip pada kemandirian diharapkan santri tidak bergantung pada pihak lain, baik dalam kapasitasnya sebagai pribadi maupun representasi institusi atau kelompoknya, terutama dalam hal materi duniawi. Kemandirian tersebut juga bukan lantas menjadikan santri bersikap apatis, individualis dan egois. Karena itulah santri dirangsang untuk memiliki kepedulian sosial.
Keshalihan yang dicita-citakan adalah adalah keshalihan ritual dan sosial, yang dicerminkan dengan perhatian yang serius terhadap peribadatan wajib dan sunnah serta keterlibatan aktif dalam komunitas di manapun santri berada.
Keikhlasan yang ditanamkan adalah keikhlasan dalam memberikan sumbangsih kepada kebaikan, demi menggapai ridha Allah SWT, tidak selalu ingin mendapat penghargaan, dalam bentuk apapun, dengan tanpa mengesampingkan kebutuhan diri sendiri.
Keteladanan yang ingin dimunculkan adalah keteladanan dalam kebajikan melalui berbagai peran yang diemban tanpa harus menjadi pemuka. Keteladanan yang tulus tanpa keterpaksaan dan tanpa membanggakan, melalui sikap dan tindakan nyata dan bukan jargon dan kata-kata.
Kepedulian yang diasah adalah mengacu pada prinsip-prinsip ber-amar ma’ruf nahi munkar dan memberikan yang terbaik (
ad Din an Nashihah). Kepedulian dengan basis moral agama tersebut akan menghindarkan sikap arogan, anarkhis dan mengabaikan etika berdakwah. Sedangkan kepedulian kebangsaan dipahami sebagai rasa nasionalisme, kesadaran akan pluralitas dan turut mencegah timbulnya desintegrasi berlatar belakang apapun.
Mengembangkan kajian, pelatihan dan penerapan ajaran dan keilmuan Islam, kebahasaan dan dakwah.
Sebagai pesantren kampus, Ma’had Jami’ah Mathali’ul Falah menyelenggarakan kajian-kajian dan pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan visi Ma’had, terutama sisi Atqan dalam tafaqquh. Kajian dan pelatihan ini mengacu pada kebutuhan dan tuntutan riil hidup bermasyarakat dan berorientasi praksis, terutama dalam bidang ketrampilan berbahasa asing secara lesan dan dalam bidang dakwah, dimana hal-hal tersebut dibiasakan selama santri tinggal di Ma’had.