Header Ads

Header Ads

Islam Anti Kekerasan

Oleh : H. Umar Farouq

 Akhir-akhir ini agama Islam sering diidentikkan sebagai “agama kekerasan”, “agama teroris”, dan sebutan-sebutan negatif lainnya. Kita semua tentu menolak serius anggapan seperti itu. Akan tetapi perlu kita sadari, bahwa munculnya anggapan semacam ini diakibatkan setidaknya oleh dua hal:

Pertama, misi sebagian kaum orientalis (para ilmuwan Barat yang mengkaji Islam), yang sejak awal mengkaji Islam justru berniat demi melemahkan Islam melalui teks-teks ajaran Islam itu sendiri yang termaktub dalam al-Qur’an dan hadits. Mereka sangat intensif mengkaji teks-teks keislaman yang berkaitan tentang “perang” (jihad), kemudian “diotak-atik” atau “dipoles” sedemikian rupa dengan pemahaman dan penafsiran sesuai kepentingan mereka sendiri yang sangat tidak objektif, demi meyakinkan masyarakat dunia bahwa Islam adalah agama yang sangat menganjurkan peperangan dan kekerasan.

Kedua, karena pemahaman dari sebagian kelompok kecil umat Islam sendiri, terutama dari kalangan Garis Keras, yang sangat dangkal dan tekstual dalam memahami ajaran Islam, tanpa memahami konteks dan inti ajaran itu. Mereka umumnya memahami teks ajaran Islam hanya berhenti pada tataran makna permukaan, namun mereka gagal menggali kedalaman dan substansi substansi yang terkandung di dalamnya. Akibatnya, pemahaman keagamaan yang dihasilkan oleh mereka pun tidakl berbeda dengan pemahaman sebagian kaum orientalis di atas. Yang lebih memprihatinkan lagi, kelompok semacam ini, justeru menganggap diri mereka sebagai kelompok umat Islam yang paling benar, bahkan sering menuduh kafir terhadap kelompok lain yang dianggap tidak sepaham dengan mereka sehingga harus diperangi. Cara berpikir semacam ini sungguh sangat berbahaya bagi kerukunan hidup umat Islam sendiri, lebih-lebih dalam hubungan antar umat beragama dan hubungan masyarakat bangsa yang majemuk. Di antara doktrin yang paling sering diusung oleh mereka hingga saat ini adalah konsep “Khilafah Islamiyah” (Negara Islam) dan konsep “Jihad” dengan pemaknaan yang sangat dangkal dan sempit hanya sebatas “perang fisik” dan aksi-aksi “kekerasan” yang tanpa kompromi.

Dalam al-Qur’an Allah SWT menyatakan:

“Tidaklah Aku mengutus engkau (wahai Muhammad) kecuali untuk menebarkan rahmat (kasih sayang) bagi seluruh semesta”. (QS. An-Anbiya: 107).

Dan bahkan, kata “Islam” sendiri pun secara harfiyah memiliki makna keselamatan dan kedamaian. Islam tidak membenarkan segala bentuk aksi teror dan kekerasan apalagi dengan mengatas-namakan agama, apalagi  demi meraih kepentingan-kepentingan tertentu yang sesungguhnya sangat “politis”, baik yang berskala nasional maupun global, dan ujung-ujungnya kepentingan ekonomi, daripada misi dakwah yang sebenarnya. Ajaran moral Islam membentuk umatnya agar mengutamakan etika/akhlak dan prilaku moderat, santun, toleran, dan kasih sayang terhadap siapa pun, baik terhadap sesama muslim maupun non-muslim, termasuk terhadap makhluk-makhluk Allah yang lain, tidak justeru selalu menebarkan kebencian, permusuhan, peperangan dan teror dimana-mana.

Akhirnya menjadi tugas dan tanggungjawab kita bersama untuk melindungi diri, keluarga, dan masyarakat kita, terutama para remaja dan generasi muda, agar tidak terjebak dalam gerakan-gerakan radikalisme tersebut, yang sering membawa-bawa simbol keislaman namun hakikatnya sangat jauh dari nilai-nilai luhur ajaran Islam itu sendiri.  Oleh karena itu, hal penting yang harus kita upayakan diantaranya adalah membekali diri dengan pengetahuan agama yang lurus dan benar, sekaligus bersikap selektif dalam memilih guru dan lembaga pendidikan, termasuk memilih jam’iyah dan organisasi dan perkumpulan, yang sekiranya selaras dengan paham keislaman Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang sudah ratusan bahkan ribuan diajarkan dan diteladankan oleh para ulama salaf, para wali,para kyai, orangtua, dan guru-guru kita. Sebagaimana para ulama sering mengingatkan :

 “Sesungguhnya pengetahuan ini adalah (sarana penting untuk memahami) agama (dengan benar), maka telitilah dari mana kalian mendapatkan pemahaman agama kalian itu”.